Keberadaan pekerja anak bakal menimbulkan masalah luas dan kompleks. Membiarkan anak menjadi pekerja bakal membentuk SDM berkualitas rendah sampai lingkaran kemiskinan.
- Wapres Maruf Amin Diagendakan Buka Mukernas MUI di Lampung
- Eri Cahyadi Sabet Dua Penghargaan Bertepatan HUT ke-76 Bhayangkara
- Sempat Ditolak KIP Aceh, Ketua PAR: Jangan Sampai Terulang Lagi
Baca Juga
Begitu disampaikan Gurubesar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Padjadjaran (Unpad), Prof Nunung Nurwati seperti dikutip Kantor Berita RMOLJabar, Kamis (7/9).
"Bagi anak itu sudah jelas akan mengganggu tumbuh kembang dan kehilangan hak-haknya dan mereka akan menjadi SDM yang kualitasnya rendah,” kata Nunung.
Menurut Nunung, hal itu diakibatkan anak sejak usia dini telah bekerja bahkan ada yang tidak sekolah. Mereka juga mempunyai upah yang rendah.
Ketika mereka dewasa, lanjut Nunung, kemungkinan besar bakal menjadi tenaga yang tidak berkualitas, bekerja serabutan, dan terus mempunyai upah rendah.
Apabila terus dibiarkan, kondisi itu berpotensi terulang ketika telah berkeluarga. Mereka bakal kesulitan memenuhi kebutuhan keluarganya sehingga berpotensi kembali menjadi keluarga miskin serta mendorong anak-anak mereka untuk bekerja.
“Nah, itulah yang disebut dengan lingkaran kemiskinan,” beber Prof Nunung.
- Hindari Dampak Negatif Proyek Kereta Cepat, Warga Cipinang Melayu Diberi Sosialisasi
- Muktamar Aisyiyah ke-48 Dimulai dengan Pembahasan Empat Materi pokok
- Turut Mendesain Kantor Bapelitbang, Ridwan Kamil Prihatin Terjadi Kebakaran di Balai Kota Bandung