Klimatologi Jayapura Pastikan Tak Ada Peningkatan Suhu Panas di Papua

Ilustrasi panas matahari/ist

Kepala Stasiun Klimatologi Jayapura Sulaiman, memastikan tak ada peningkatan suhu panas ekstrem di Papua, khususnya di Kota Jayapura


Ia menjelaskan, suhu panas di Kota Jayapura saat ini  dipengaruhi pergerakan matahari yang berada di sekitar garis khatulistiwa. 

Menurut dia, Jayapura berada dekat khatulistiwa sehingga terasa lebih panas. Selain itu, kondisi ini dipengaruhi  fenomena El Nino yang berdampak global.

Namun, El Nino kurang berdampak pada suhu di Jayapura,  melainkan lebih pada tingkat kelembaban.

 Sulaiman mengatakan, hal ini mempengaruhi akumulasi curah hujan, dengan kata lain, ada pengurangan jumlah curah hujan (perbulan) sehingga iklim  lebih kering.

"Suhu sekarang sekitar 31 hingga 33 derajat, ini karena pergerakan matahari tadi. Jadi Ada peningkatan suhu tapi tidak esktrem,"kata Sulaiman di Jayapura, Selasa (10/10).

"El Nino kondisinya Moderat, atau tengah-tengah,  diperkirakan sampai Februari 2024,"ujarnya.

Terlepas dari hal itu, kata dia, kondisi suhu di Kota Jayapura sebenarnya relatif sama dengan periode sebelumnya. 

El Nino tak terlalu berdampak jika dibandingkan dengan kondisi iklim di Selatan Papua.

Dimana, situasi iklim kering di Merauke berdampak pada potensi kejadian karhutla. 

"Daerah Selatan Indonesia, kalau di Papua itu ada di bagian selatan,  di Merauke,"katanya.

BMKG memperkirakan untuk Papua, saat ini tengah masuk  masa peralihan musim, yakni ke musim penghujan. 

Untuk Papua Tengah dan Papua Pegunungan musim hujan diperkirakan cenderung maju pada September - Oktober 2023.

"Perlu diingat, kondisi Kabupaten  dan Kota Jayapura ini  disebut hujan sepanjang tahun  atau daerah non zona musim, sehingga di daerah ini  turun hujan tak mengikuti musim,"ujarnya.

Ia menambahkan, pihaknya mengimbau kepada masyarakat agar tak terlalu lama di luar rumah dan banyak meminum air putih.